Don't Forget Add My Facebook Profile & Follow My Twitter!

Cerpen Elma

Senin, 08 Oktober 2012


Kutemukan Lagi Cintaku

          Malam yang indah bagi para sejoli. Sebut saja malam ini malam minggu, malam terindah dimana para sejoli berpacaran ditempat yang sangat romantis seperti taman hingga kapal pesiarpun bisa. Namun tidak untuk gadis ini. Gadis manis ini sebut saja dia Fachria Elma Putri Kirana yang sering dipanggil Elma. Gadis ini hanya dapat duduk terdiam dikeheningan malam, duduk dengan raut wajah yang penuh dengan kesedihan.
Gadis ini menangis, Elma meneteskan butiran butiran air matanya untuk menangisi kisah cintanya. Kisah cinta yang kandas tanpa alasan yang jelas. Muhammad Reza Anugrah, yah, sebut saja pria ini Reza. Pria yang telah merebut hati dan cinta Elma, Pria yang telah merajut kasih cinta selama 5 tahun bersama Elma sekaligus Pria yang telah tega meninggal kan cinta seorang Elma demi gadis yang bernama Hani yang tak lain adalah sahabat sekaligus saudara angkat Elma yang telah bergabung dengan keluarga besar Elma kurang lebih masih 2 tahun.
          Elma tak mengerti apa kesalahannya kepada Reza hingga dia tega meninggalkannya demi Adik angkatnya itu. Sesakpun selalu dirasakan Elma ketika melihat Reza, mantannya, berjalan menggandeng mesra tangan Hani seperti Reza menggandengnya dulu. Elma tak habis pikir, Hani yang telah dia anggap sebagai adik Kandung yang selalu dia impikan ternyata hanyalah sebuah mimpi buruk yang tak akan pernah dia pukiri,bagai mimpi buruk yang paling buruk hingga Elma tak mampu untuk Bangun dan bernafas lega dengan Cinta yang mesih menjadi miliknya.
          Tega memang, Hani dan Reza sama saja. Reza tak memikirkan bagaimana perasaan Elma. 5 tahun bersama merajut cinta yang telah membuat hati Elma yang awalnya Beku tanpa Cinta kini telah Luluh dihadapannya. Reza memang seorang Pria pertama yang telah menaklukan hati gadis manis ini. Cinta sekaligus pacar pertama milik Elma. Reza yang awalnya mati-matian merebut cinta Elma, kini dengan mudahnya dia menghancurkan hati yang telah dia taklukan itu. Hanipun demikian, bagai Kacang Lupa Kulitnya, Hani merebut  semua milik Elma. Elma telah merelakan kasih sayang orang tuanya terbagi. Bagi Elma, itu biasa. Tapi Cinta? Tak mungkin Elma rela melepaskan cintanya. Elma kecawa, sangat kecewa kepada Hani yang telah merebut Reza darinya.

          “Hks, Makasih ya, Han atas kekejaman Lo”. Gumannya.
          “Hks, Gue kecewa sama Lo, Za!”. Lanjutnya.

Elma masih menangis, dia mengingat kejadian kelam yang dia alami. Bukan ingatan karena kecelakaan mobil yang pernah dia alami. Namun ingatan dimana Reza meninggalkannya demi Hani.
Malam itu, tepat tanggal 16 Desember 2004, secara terang-terangan Hani memeluk Reza didepan Elma pada saat mereka sedang berkumpul dirumah Elma yang kebetulang sedang sepi karena orang tua mereka sedang ada bisnis di Surabaya. Dada Elma sesak, dia tak dapat melontarkan satu kata-pun dari mulutnya. Yang dia bisa hanyalah meneteskan air mata yang sedari tadi mengantri di pelupuk mata untuk keluar damn membasuh pipinya.

“Hks..”. Tangis Elma yang terdengar oleh Reza dan Hani sehingga mereka melepas pelukan mereka.
“Han... Za... k.. kenapa ka.. kalian pelukan?”. Tanya Elma dengan bibir yang bergetar.
“Kak Elma?”. Panggil Hani pura-pura tak sadar jika Elma memperhatikan dia dan Reza.
“Hks, Ada apa ini? K.. kenapa kalian ... pelukan?”.
“Emang kenapa? Salah, ya, kalo gue meluk pacar gue?”. Tanya Hani tanpa perasaan.

DEG...
Jantung Elma seakan terhenti mendengan ucapan sang adik angkat. Dada Elma makin sesak. Dia hampir tak bisa merasakan oksigen yang ia hirup. Bibirnya bergetar seakan tak sanggup untuk melontarkan kata-kata kepada Adik dan Kekasihnya itu.

“Za... A.. apa maksudnya?”. Tanya Elma yang berharap semua yang dikatakan Hani adalah Bohong. Kebohongan yang Hani berikan kepada Elma sebagai kejutan untuk hari Ulang tahun Elma yang ke 21.
“Maksudnya? Menurut, Lo?”. Tanya Reza kembali denagn kosa kata ‘Lo-Gue’.
“Jadi...”.
“Iya, Kak! Gue sama Reza udah jadian. Sebulan yang lalu!”. Jelas Hani dengan wajah tanpa dosa.
“Za...”. ucap Elma yang mencoba memanggil Reza. Rezapun mendekatinya, dia memegang kedua bahu Elma dan mencoba menatap lekat wajah manis Elma.
“Sory, El. Ini yang terbaik!”. Ucap Reza.
“Terbaik? Apanya yang terbaik? Aku sakit, Za! Kenapa kamu pacaran sama Hani? Dia adek aku!”. Seru Elma dalam tangis yang masih menyertainya. “Kenapa kamu lakuin ini, Za?”. Lanjutnya.
“Maaf, El. Gue.. gue udah nggak cinta sama, Lo”. Ucap Reza terus terang.

DEG..
Udah nggak Cinta? Semudah itukah Reza mengucapkan kata-kata pahit itu kepada Elma yang sangat mencintainya? Hati Elma sakit, ia tak dapat merangkai kata-kata lagi. Dia hanya diam, terpaku meresapi kata-kata Reza yang begitu pahitnya bagi seorang wanita. Elma mencoba menarik nafas dan menenangkan kondisinya walau itu sangat sulit karena dadanya memang sangat sesak mendengar kata-kata Reza.

“Nggak, Cinta? Hks, Tapi kenapa? Hks, apa alasannya? Hks, apa salahku?”. Tanya Elma bertubi-tubi saat setelah ia mulai bisa menenangkan hatinya namun air mata masih menyertainya.
“Udah lah, kak! Reza udah nggak Cinta sama kakak! Relain aja lah!”. Seru Hani tanpa Perasaan kemudian mendorong Elma hingga terrsungkur dilantai dengan kepala yang membentur meja hingga keluarlah sedikit darah segar dari kepala bagian kanan Elma.
“Hks, lo tega banget sih, Han, sama gue! Hks, gue kakak lo!”. Seru Elma yang menoba berdiri.
“Bukannya gue tega, tapi Reza yang minta!”.
“Sory El...”. ucap Reza yang mencoba menyentuh pipi Elma.

Namun...
PLAKK... Elma menampar keras pipi Reza.

“Lo tega, Za, sama Gue! 5 tahun gue mempertahanin hubungan kita. Tapi kenapa? Kenapa sekarang lo pacaran sama Hani? Kenapa, Za? Kenapa? Karena udah nggak cinta sama gue? Iya? Itu bukan alasan yang jelas! Kasih gue alasan yang jelas, Za!”. Seru Elma.
“Kak, apaan sih lo!”. Seru Hani.
“Diem, Lo!”. Bentak Elma.

PLAKK...
Dengan teganya Reza menampar pipi Elma dengan sangat keras hingga memerah. Butiran air mata Elma yang menetespun kini semakin deras. Tak pernah ada dipikiran Elma bahwa Reza akan menamparnya sekeras itu. Padahal dulu sebelum Elma menerima Reza, Reza pernah berjanji untuk tidak akan pernah berbuat kasar kepadanya. Namun ternyata dugaan Elma salah. Dengan tegnya Reza menampar pipinya dengan sekeras itu. Bahkan lebih keras dari tamparannya tadi.

“Jangan pernah, lo ngebentak Pacar gue! Gue nggak suka!”. Seru Reza kasar dengan kata-kata yang sama persis seperti yang pernah ia katakan kepada cewek yang pernah membentak Elma Dulu.
“Lo tenang aja! Gue, gak akan pernah ganggu lo, sama dia!”. Ucap Elma kemudian melangkah pergi dari dapur menuju kamarnya yang berada di Lantai dua rumahnya.

Semua yang pernah Elma ucapkan, tak pernah sekalipun dia ingkari. Sejak kejadian itu, Elma benar-benar menjauh dari kehidupan Hani dan Reza. Elma tak pernah sedikitpun berbicara dengan Hani ketika sedang berada di Rumah walau itu ada orang tua mereka. Orang tua Elma hanya dapat menatap heran prilaku anak kandung satu-satunya itu yang sangat berbeda kepada Hani, adik yang pernah dia idam-idamkan selama 21 tahun.

š

Hari demi hari terlewati, tak terasa sudah hampir 3 bulan Elma tidak menjalin komunikasi dengan Hani maupun Reza. Di rumahpun sama, ketika Hani mengajak Elma berbicara dan bersikap manis kepadanya, Elma tidak pernah memperdulikannya sedikitpun. Bahkan jika Elma disapa oleh Reza yang sedang jalan dengan Hani, Elma hanya bersikap acuh, seperti tak pernah mengenal mereka berdua didalam hidupnya.
Langit sore yang cerah kini menemani gadis manis ini yang sedang duduk di taman kampusnya. Gadis manis ini yang tak lain adalah Elma sedang menikmati alunan musik yang ia dengarkan dari Headphone miliknya. Namun terlihat jelas bahwa ada satu yang mngganjal di pikirannya, entah itu apa. Tak terasa jam kini telah menunjukkan angka 4. Berarti Elma telah lama duduk termenung menikmati alunan musik miliknya.

“Udah sore, lo nggak pulang?”. Tanya seorang cowok yang tiba-tiba duduk disebelah Elma.

Elma yang menyadarinyapun hanya tersenyum kemudian menatap cowok yang kini sedang duduk disampingnya itu.
“Emang kenapa? Lo sendiri juga belom pulangkan, Ndre?”. Tanya Elma balik kepada cowok yang dia panggil ‘Ndre’ namun lebih tepatnya, Andre. Cowok yang baru sebulan dia kenal karena Andre adalah mahasiswa baru di Kampusnya namun dengan semudah itu mereka sudah akrab. Bahkan Elma pernah mengajak Andre ke Rumahnya, begitupun sebaliknya.
“Hehehe... Gue mau ngajak lo bareng. Lo nggak bawa mobilkan?”.
“Gue... gue nggak bawa kok. Tadi gue dianterin Papa”.
“Sama Hani?”.
“Nggak usah dibahas!”.
“Ups, maaf! Kalo gitu pulang bareng yuk! Tapi gue bawa motor. Nggak pa-pakan?”.
“Haha.. lo kayak nggak kenal gua ajah. Yah emang kenapa kalo naik motor? Seru kali!”.
“Hehehe.. kalo gitu, yuk pulang!”.
“Yuuuk!”.

Seperti biasanya, Elma dan Andre pulang bersama. Mungkin saking dekatnya mereka, sehingga banyak sepasang mata yang menganggap mereka sebagai sepasang kekasih. Namun mereka salah. Elma dan Andre hanyalah sebatas Sahabat Baru. Mungkinkah hanya itu? Entahlah!.

š

Waktu seiring berlalu, hidup Elma yang redup kini telah bersinar kembali dengan adanya Andre, seorang pria yang menemaninya dalam suka maupun duka. Elma seperti telah menemukan seseorang yang pernah meninggalkannya. Hati Elma tak lagi sepi. Walaupun Andre hanya sebatas sahabatnya, namun Elma merasa perhatian Andre itu lebih dari Sahabat. Namun walu begitu Elma tidak memikirkan itu lebih lanjut. Dia tidak mau berharap lebih dari Andre, sahabatnya yang telah 7 bulan lebih bersama dengannya. Elma takut akan terulang lagi kisah pahit yang pernah diukir Reza dengan teganya.
Pagi yang cerah secerah wajah Elma yang kini sedang menunggu orang yang setiap hari jalan dengannya . siapa lagi kalau bukan Andre. Tak butuh waktu lama Andrepun datang dengan motor ninja putihnya dan juga senyuman yang mengembang untuk Elma yang telah menunggunya tak sampai 15 menit itu.

“Pagi!”. Sapanya.”maaf ya, gue telat”. Lanjutnya.
“Aah, nggak pa-pa kok! Cuma 13 menit!”. Jawab Elma lembut.
“Yaudah kalo gitu kita berangkat aja yuk!”.

Elmapun langsung naik keatas motor Andre dan dengan segera Andrepun melajukan motornya ke Gedung kampus  UNIKOM Bandung yang jaraknya lumayan jauh itu. Angin sepoy-sepoy yang berhembus lumayan kencang karena cepatnya laju motor Andre membuat rambut panjang nan lurus milik Elma terkibas dengan indahnya. Tanpa disadari, Elma telah memeluk Andre. Namun hal itu telah disadari oleh Andre. Terlihat sebuah senyuman yang mengembang diwajah cowok manis berwajah oriental itu.
“Gue seneng lo meluk gue kaya gini, El. Andai lo tau kalo gue sayang sama lo lebih dari sahabat”. Batin Andre dengan tangan kirinya yang memegang tangan Elma yang melingkar diperutnya itu.

Setengah jam pun berlalu, kini Elma dan Andre telah sampai di gedung kampusnya tempat mereka menimba ilmu sebagai mahasiswa. Andre dan Elmapun berjalan menyusuri lorong kampus dengn bergandengan tangan dan juga canda tawa yang membuat siapapun yang melihatnya pasti cemburu. Terkadang Andre mengacak-acak poni Elma yang telah tersusun rapi sehingga membuat Elma cemberut dan terkadang pula terlihat Elma yang mencupbit kedia pipi Andre yang sama sekali tidak chubby itu. Mereka tak henti-hentinya bercanda walau mereka telah berada didalam kelas.

“Ndre, udah!”. Pinta Elma.
“Kenapa, El? Manis tau!”. Ucap Andre.
“Manis-manis, adanya juga jelek, Andre!”.
“Haha ... Biarin !”.
“Ish! Sebel banget gue sama lo!”.
“Ih, jangan ngambek dong El, tambah jelek tau!”. Serunya yang membuat Elma makin sebel.
“Ish, sebel sebel sebel gue sama lo!”. Seru Elma memukul dada Andre.
“Eh, eh, eh, sakit El! Ampuuun!”.
“Biar tau rasa, lo!”.
“iya, ampuuuun!”.
“Ehkm..”. Suara seseorang yang mengagetkan Elma dan Andre.
“Eh, ada Reza. Ada apa, Za?”. Tanya Andre kepada Reza yang tiba-tiba datang itu sedangkan Elma hanya membuang muka.

Reza tidak menjawab pertanyaan Andre, tapi dia malah langsung menggandeng tangan Elma kemudian membawa Elma pergi bersamanya meninggalkan Andre di kelas seorang diri. Tapi Andre tak tinggal diam, dia mengikuti Reza yang membawa Emla pergi.
Reza terus saja menariktangan Elma. Padahal, Elma sudah bilang ‘Lepaskan’ berkali-kali namun tak pernah dia perdulikan hingga akhirnya Reza melepaskannya tepat saat mereka telah sampai di taman belakang gedung kampus UNIKOM. Walaupun tempatnya dibelakang gedung, namun taman itu sangat sejuk tapi sepi karena jarang didatangi Mahasiswa karena jauh dari kelas maupun kantin.

“Eh, lo apaan sih ngajak gue kesini? Nggak penting tau nggak!”. Seru Elma sinis kemudian mencoba melangkah menjauhi Reza namun dihalangi oleg Reza.
“Woy, lepasin!”. Bentak Elma.
“Gue bakal lepasin lo, tapi dengerin Gue!”.
“Nggak ada yang perlu gue dengerin dari lo!”.
“Ada! Pliss... dengerin gue dulu, El!”.
“Lo masih inget nama gue? Waw banget!”.
“Itu nggak penting. Sekarang gue mohon lo dengerin gue!”.
“Hmm... okey fine, gue dengerin lo! Cepet ngomong!”.
“Okey, gue mau tanya sama lo, kenapa lo cuek banget sama gue? Bahkan nyapa gue aja enggak”.

Elmapun hanya diam mendengarkan pertanyaan Reza dengan tatapan acuh kepadanya. Tak ada senyuman manis yang biasanya terukir indah untuk Orang-orang yang menatapnya, tak ada sedikitpun.

“Kenapa,El?”. Tanyanya lagi.”El, jawab!”. Lanjutnya dengan menarik tangan Elma agak kasar.
“Auh, sakit!”. Rintih Elma.
“Makanya jawab!”.
“Buat apa gue jawab? Kan lo mintanya gue dengerin lokan, bukan jawab pertanyaan lo yang nggak penting itu”.
“Tapi itu penting buat Gue!”.
“Udahlah, lupain aja!”. Seru Elma yang mulai melangkahkan kakinya lagi namun lagi-lagi dihalangi oleh Reza.
“El, pliss Jawab!”. Bentak Reza yang menarik kasar lengan Elma.

BUGG... Satu tinjuan yang cukup keraspun mendarat di pipi Reza hingga membuat Reza mengeluarkan sedikit darah segar disudut bibirnya dan juga membuat Reza jatuh tersungkur. Rezapun melihat kearah orang yang telah meninjunya. Dilihatnya seorang Andre yang berditi tegap dihadapannya dengan tangan mengepal yang sudah siap untuk meninju Reza untuk kesekian kalinya.

“Jangan pernah, lo kasar sama Elma!”. Seru Andre sinis kepada Reza kemudian menggandeng Elma lambut dan membawa Elma pergi dari hadapan Reza yang sangat dia benci.
“Aaargh, sial!”. Umpat Reza yang memegangi sudut bibirnya.

š

“Lo nggak pa-pa?”. Tanya  Andre lembut kepada Elma saat mereka telah sampai dikelas.
“Nggak pa-pa kok, Ndre. Cuma dikit sakit aja disini”. Jawab Elma yang menunjukkan lengannya yang memerah akibat genggeman Reza yang cukup kasar itu.
“Ya ampun, Reza keterlaluan banget. Untung tadi gue ngikutin kalian, kalo nggak bisa gawat!”.
Thanks ya, Ndre. Mungkin kalo tadi nggak ada lo, tuh cowok bakalan lebih kasar sama gue”.
“Iya, El. Sama-sama”.

Elma dan Andre saling bertatapan dan juga saling melempar senyum. Tak ada kata-kata lain yang keluar dari mulut mereka. Hanya senyuman yang terlihan dari wajah oriental mereka yang manis. Tatapan teduh yang Elma pancarkan membuat Andre diam terpaku. Senyuman Elmapun membuat Andre merasa tenang dekat dengannya. Selama bersama Elma, Andre selalu merasakan ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Andre sadar, dia tak hanya sayang kepada Elma, namun dia juga mulai Mencintai Elma. Namun bagaimana dengan Elma? Ternyata dia juga merasakan hal yang sama. Setiap dia berada disisi Andre, Elma nampak tenang dan bahagia. Elmapun mulai mencintai Andre juga, namun tak pernah dia utarakan.
Haripun mulai siang. Elma dan Andre kini telah keluar dari ruang kelas karena pembelajaran untuk hari ini memang telah usai. Seperti biasanya, tak pernah terlewat sedikitpun candaan dari Elma dan Andre tiap berjalan menyusuri koridor kampus. Dan seperti biasanya, banyak sepasang mata yang iri kepada mereka.

“El, Ndre, kalian  pacaran ya?”. Tanya Septi, salah satu teman Elma dari SMP yang sedang berditi di dekat pilar.
“Ha? Enggak kok. Apa banget sih Lo Sep!”. Jawab Elma.
“Alah... Kalo Iya, ngaku aja kali, hehehe”. Goda Vivi yang sedang berdiri bersama Septi.
“Ih, enggak! Tanya aja sama Andrenya. Yakan Ndre, kita nggak pacaran!”.
“Masa sih? Ah, nggak percaya”. Seru  Ria yang ikut-ikutan menggoda Elma.
“Ih, seterah kalian!”. Ambek Elma.
“Eh, jangan gitu dong kasian Elmanya”. Bela Andre.
“Ciyeeee dibelain!”. Sorak mereke bertiga.
“Haha.. udah ah, kasian Elmanya. Maaf ya, El! Kita Cuma bercanda tapi sengaja!”. Seru Vivi dengan tawa yang menyertainya.
“Haha... iya, El. Maap ya!”.
“Iya-iya, gue juga tau kok kalo kalian Cuma bercanda tapi sengaja! Eh, iya. Kami dulian ya, buru-buru! Dadaaaah!”. Pamit Elma kemudian melangkah menjauh dari ke3 teman dekatnya itu atau yang paling tepat disebut ke3 sahabatnya itu dengan Andre yang mengikuti langkahnya.

š

“Tega banget sih lo Han sama Gue!”. Seru seorang cowok dengan panuh amarah kepada cewek yang dia panggil ‘Han’ itu yang lebih tepatnya adalah Hani, siapa lagi kalo bukan Reza.

Reza sangat marah kepada Hani, kekasihnya ini yangtelah menduakannya dengn seorang cowok yang sama sekali tak dikenali Reza. Kini mereka sedang ada di Taman kota. Mereka bertengkar di kesunyian malam. Suara ribut yang berasal dari mulut mereka seakan memecah keheningan malam di Bandung yang damai.

“Gue capek, Za! Gue capek pacaran sama lo!”. Seru Hani yang tengah beradu mulut dengan Reza.
“Capek? Capek kenapa? Seharusnya gue yang bilang kayak gitu! Gue udah sering bayarin belanjaan lo yang harganya sampe jutaan itu. Kurang apa sih gue?”.
“Kekurang lo tuh banyak! Salah satunya adalah, lo kurang kaya dari Ilham!”.
“Jadi selama ini, lo pacaran sama gue karena Harta gue?”.
“Iya, emang kenapa? Dan asal lo tau ya, gue tuh nggak pernah cinta sama lo! Nggak pernah!”.

PLAKK... Sebuah tamparan yang cukup keras mendarat mulus dipipi putih Hani yang lembut karena setiap harinya dia beri pelembab namun kiniberubah menjadi merah karena sebuah tamparan dari tangan Reza.

“Reza, sakit!”. Rintih Hani dengan air mata yang mulai menetes namun tak berarti lagi bagi Reza.
“Itu, balasan buat lo! Dasar cewek Matre!”. Bentak Reza hingga membuat Hani sedikit ketakutan.
“Lo kasar, Za!”.
“Emang kenapa? Baru tau lo?”.
“Gue benci lo! Mulai sekarang kita putus!”.
“Okey, gue terima! Pergi lo dari hadapan gue!”.

Hanipun langsung berdiri kamudian berlari meninggaklan Reza sendirian dengan mata sembab akibat air matanya yang tak berarti apapun bagi Reza. Kini hanya tinggal Reza yang duduh termenung di bangku taman. Dia menundukkan kepalanya dan mengingat semua kesalahan yang dia lakukan. Bukan kesalahan yang dia lakukan kepada Hani, melainkan kesalahan dia kepada Elma.
Rezapun hanya dapat menyesali perbuatannya yang membuat dia sendiri menderita. Dia menyadari betaba bodohnya dia karena telah meninggalkan Elma dan Cinta kasih Elma yang tulus demi seorang Hani dan semua cinta kasih palsunya. Betapa bodohnya dia menyia-nyiakan cinta yang dulu sangat sulit dia dapatkan. Dia mulai mamutar otaknya, mengigat kembali masa-masa disaat dia menembak Elma 6 tahun yang lalu dimana dia berlutut dikaki Elma berkali-kali karena Elma tak sedikitpun membuka hatinya untuk Reza hingga akhirnya untuk pertama kalinya Elma bilang ‘Ya, Aku menerimamu menjadi Pacarku’ setelah untuk sekian kalinya Reza mengucapkan ‘Aku sayang kamu, aku cinta kamu, maukah kamu menjadi pacarku?’didepan umum. Betapa bodohnya Reza yang telah menyia-nyiakan Elma yang tak pernah berhenti mencintainya dan selalu mempertahankan cintanya selama 5 tahun itu, namun seketika kandas hanya karena seorang cewek bernama Hani.
Reza menangis, diamenangis mengingat semua ingatan manisnya bersama Elma yang telah dia hancurkan sendiri. Reza menyesali semua perbuatannya yang salah selama ini. Namun harus bagaimana lagi? Nasi telah berubah menjadi Bubur. Elmapun sudah terlanjur membencinya, sangat membencinya hingga kini dia telah melabuhkan hatinya kepada Andre.

“El, maafin aku...”. Lirihnya.
“Kita belum putus, El. Belum...”.
“Aku ingin kita kaya dulu lagi...”.

š

Mentaripun kini telah menyinari bumi Bandung yang sejuk. Terlihat Elma sedang lari pagi seperti hal yang selalu dia lakukan tiap hari Minggu. Elma yang biasanya lari pagi bersama Hani karena terpaksa, kini dia hanya lari pagi sendirian karena hani tidak mau keluar kamar sejak tadi malam dan itupun tidak berpengaruh bagi Elma yang memang tidak peduli sama sekali denan keadaan Hani. Bahkan mungkin, Elma ingin Hani pergi dari kehidupannya secepat mungkin.
Elma menyusuri jalan yang ada di kompleks perumahan tempat dia tinggal. Mungkin karena lelah, Elmapun berhenti disebuah bangku yang ada di taman.

“Huh... capek”. Eluhnya.
“Nih air buat kamu!”. Seru seorang cowok yang memberikan sebotol pocarisweat kepada Elma dari belakang.
Elmapun menerimanya kemudian menoleh kebelakang dan melihat orang yang memberikan Pocarisweat itu. Elma yang tadinya ingin tersenyum dan bilang ‘makasih’namun kini dia urungkan karena ternyata Reza lah yang memberinya sebotol pocarisweat itu. Elmapun meletakkan Pocarisweat itu di bangku dengan artian ‘tak butuh’kemudian bangkit dari duduknya dan mencoba melangkahkan kakinya dengan tujuan melanjutkan lari paginya namun ditahan oleh Reza.

“Eh, tunggu! Kenapa nggak diminum dulu?”. Tahan Reza yang menarik tangan Elma namun kini dengan cara yang lembut.
“Lepasin!”.
“Nggak akan. Minum dulu Pocarisweatnya baru dilanjutin lari paginya. Aku tau kamu lagi haus”. ucapnya perhatian hingga membuat Elma bingung karena sikap Rezayang berubah seperti saat mereka masih pacaran dulu.
“Nih orang kenapa sih?”. Batin Elma.
“Ayo, diminum”.
“Nggak mau! Jangan paksa gue dong, gue nggak suka ya kalo dipaksa-paksa. Apalagi dipaksa sama orang kaya lo!”.
“Okey, aku minta maaf karena maksa kamu. Tapi kamu bisa nggak, nggak make kata ‘Lo-Gue’ sama aku?”.
“Mau lo apaan sih?’.
“Aku nggak mau apa-apa kok. Cuma mau kamu nggak pake kata ‘Lo-Gue’ sama aku. Itu aja”.

Elma tak memperdulikan semua kata kata Reza dia malah mulai melepas genggaman Reza kemudian mencoba pergi meninggalkan Reza namun lagi-lagi ditahan oleh Reza.

“Jangan pergi, tanpa aku”. Ucap Reza.
“Maksud lo?”.
“Kamu pacar aku, jadi jangan pergi tanpa aku”.
“Lo sakit ya? Omongan lo ngaco!”.
“Aku serius, El. Kamu pacar aku!”.
“Woy, sadar! Kita udah nggak ada hubungan apapun! Kita udah Putus, setahun yang lalu!”. Tegas Elma.
“Enggak. Kita belum putus. Aku nggak pernah ngucapin kata ‘Putus’ke kamu, Elma. Kamu juga nggak pernah bilang ‘putus’ ke aku”.
“Ha?”. Pekik Elma yang benar-benar kaget dengan penjelasan Reza.
“Ioya, El. Kita belum putus”.

Elma terdiam. Dia mencoba mengingat semua yang dulu terjadi antara dia, Reza dan Hani. Pertengkaran pada malam tanggal 16 Desember  2004 lalu. Dia mulai mengingat ingatan yang baginya adalah mimpi buruk abadinya itudan akhirnya dia ingat. Dia ingat dimana dia tidak pernah mengatakan kata ‘Putus’ kepada Reza, begitupula sebalinya.
DEG... Jantungnya berdegub kencang. Elma tak percaya bahwa masih berstatus PACARAN dengan Reza selama satu tahun terahir ini. Padahal saat ini hatinya telah dimiliki oleh seorang cowok berdarah sunda-jawa yang tak lain adalah Andrenata Dwi Lingga, atau yang kerap disapa Andre.

“Kita... Belum... Putus?”. Tanya Elma terbatah karena masih tidak percaya dengan semua ini.
“Hh, iya, El. Kita belum putus! Kita masih pacarn”. Ucap Reza yang kini memeluk Elma.
“Jadi, ini yang selalu mengganjal hati gue? Ternyata gue belum putus sama Reza. Ya Tuhan...”. Batin Elma.
“Aku janji, nggak akan sia-siain kamu lagi. Aku janji bakal cinta sama kamu selamanya. Aku janji elma, aku janji!”. Ucap Reza yang memeluk Elma kemudian mengecup lembut kening Elma. Sedangkan Elma masih tak percaya semua ini.

š

Mentaripun kinimenyembunyikan sinarnya. Bumi Bandungpun kini menjadi gelap dan semakin dingin. Malam yang sungguh indah, baribu ribu bintang menghiasi langit malam kota Bandung yang gelap. Namun sayang, malam ini bukanlah makam yang indah bagi Elma yang kini sedang duduk di balkon kamarnya. Elma menangis, dia menangis. Dia tidak tau apa yang akan dia ucapkan kepada Andre jika tau bahwa Elma masih pacaran sengan Reza.
Tetesan air mata Elma tak henti-hentinya menetes. Apalagi saat ada nama ‘Andreanata’ dilayar Blackberry putihnya. Andre menelpolnya. Andre menelpon Elma sudah lebih 27 kali namun tak pernah diangkat oleh Elma hingga akhirnya Andre mengirim Pesan singkat kepada Elma. Dan kini Elmapun membuka dan Membacanya. “Lo dimana, El? Kenapa gak angat Telpon gue? Udah, itu nggak penting. Yang penting sekatang, Lo bisa nggak malam ini jalan sama gue? Adayang ingingue omongin. Penting”. Itulah pesan singkat yang dibaca Elma.

“Maaf, Ndre. Aku nggak Bisa”. Guman Elma.

Drttt... drtt... Blackberry putih Elma bergetar pertanda ada telpon masuk. ‘Rezanugrah’. ya, Rezalah yang menelpon Elma. Dengan malasnya, Elma mengangkat telpon Reza.

“Halo”. Sapa Elma.
“Hai sayang, jalan yuk! Aku udah kangen jalan sama kamu. Aku udah di depan rumah kamu loh!”. Ucap Reza panjang lebar.
“Oh. Yaudah, gue keluar”. Ucap Elma singkat kemudian langsung mematikan telponnya.
Elma mengambil  sweater putih miliknya kemudian memakainya untuk menutupu kaos Peace  kining yang dia pakai dan langsung keluar menemui Reza tanpa memperdulikab Hani yang sedang menangis entah kenapa. Mungkin habis diputusin, itulah yang dipikirkan Elma.
Elma yang hanya memakai jeans dan Kaos Peace kuning dengan balutan Sweater putih dan juga sepatu sneakers putih, membuat Elma nampak Tomboy dan Simlpe seperti biasanya. Elma keluar dari rumahnya dan melangkah menemui Reza yang telah menunggunya didalam mobil. Elmapun langsung masuk kedalam mobil Reza.

“Malam! Ciye, yang dari dulu Tomboy”. Sapa Reza.
“Makasih”. Jawab Elma singkat.
“Udah siap?”
Elmapun hanya mengangguk dan kemudian Reza pun melajukan Mobilnya ke sebuah danau yang ada dipuncak. Danau yang Indah, saksi bisu dimana Reza untuk pertama kalinya merebut First kiss Elma dulu.

“Suasananya tetap sama ya”. Ucap Reza setelah mereka sampai di Danau itu.
“Iya”. Jawab Elma singkat.
“Inget gak, ini tuh tempat dimana...”. ucap Reza yang menggantung.
“Za, gue kedinginan. Buatin api unggun dong!”. Seru Elma sengaja membuat Reza tak melanjutkan kata-katanya.

Tanpa Aba-aba lagi, Rezapun langsung mencari Beberapa kayu di hutan untuk membuat api unggun seperti yang sering dia lakukan untuk menghangatkan Elma dulu. Sedangkan Elma menusuri jalan setapak untuk menjauh dari mobil Reza.
Tak jauh dia melangka, Elma melihat beberapa lilin yang bersinar di antara pepohonan. Lilin-lilin itu bergelantungan dengan indahnya. Elma juga melihat seorang Cowok yang kelihatannya gelisah, gelisah menunggu kekasihnya. Elma mulai menebak, Lilin-lilin ini digelantungkan agar suasana lebih romantis untuk pasangan sepasang kekasih. Elmapun mulai mendekati Cowok itu kemudian memegang bahunya. Cowok itupun menoleh.
“Andre?”. Pekik Elma.
“Elma? Kok lo ada disini?”. Tanya cowok itu yang ternyata adalah Andre. “Eh, itu nggak penting. Yang penting sekarang gue mau ngomong sesuati sama lo”. Lanjutnya.
“M..mau ngomong apa?”.Tanya Elma yang gugup.

Andre tidak menjawab dia malah tersenyum kemudian berlutut dihadapan Elma dengan Sekuntum bunga mawar Putih segar yang dia persmbahkan untuk Elma.

“El, Gue suka sama lo. Gue sayang sama lo. Gue cinta sama lo. El, I love you so much, you and only you are always on my mind. will you fill my heart, as my first and last girlfriend?”. Ucap Andre to the point kepada Elma, mengutarakan isi hatinya yang selama ini terhalangi karena takut akan merusak persahabatan mereka.
“A..aku.. aku me..”. ucap Elma yang terpotong.
“Elma nggak akan pernah jadi milik lo! Dia milik gue. Dia pacar Gue!”. Sahut Reza yang tiba-tiba datang.
“Reza?”. Pekik Elma.
“El, apa itu... benar?”. Tanya Andre yang kini derdiri dihadapan Elma.
“Benar kok! Gue nggak bohong. Ayo El, bilang ke Andre kalo kita masih pacaran selama ini”. Ucap Reza yang kini merangkul Pundak Elma.
“El, apa ini semua benar?”. Tanya Andre lagi.
Elmapun hanya mengangguk pelan.
“Jadi.. selama ini..”.
“Enggak Ndre, dengerin aku! Aku..”. Seru Elma.
“Lo bohong sama Gue! Lo bilang lo udah putus sama Reza! Tapi ternyata.. lo bohong!”. Sahut Andre sedangkan Reza hanya tersenyum.
“Ndre, dengerin aku dulu!”. Tahan Elma kepada Andre yang ingin Pergi dengan airmata yang takhenti menetes.
“Apa lagi sih? Gue udah kecewa sama Lo!”. Bentak Andre.
“Aku mohon dengerin aku! AKU SUKA SAMA KAMU. AKU SAYANG SAMA KAMU. AKU CINTA SAMA KAMU ANDRENATA DWI LINGGA! HANYA KAMU ! ONLY YOU! BUKAN REZA!”.seru Elma yang membuat Reza dan Andre tercengang.
Andre yang tadinya berpalingpun kini menatap lekat Elma yang sedang Menangis.
“Kamu... serius?”. Tanya Andre.
Elmapun hanya mengangguk pelan. Sedangkan Andre langsung memeluknya.
“Nggak! El, kamu pacar aku!”. Bentak Reza yang menarik paksa Elma dari pelukan Andre dengan kasarnya.
“Gue nggak Cinta sama lo, Za! Gue Benci sama lo!”. Seru Elma.

PLAKK... sebuah tamparan yang lagi-lagi diterima oleh Elma. Reza menampar Elma untuk ketiga kalinya. Air mata Elma semakin deras menetes. Melihat gadis yang paling dia cintai menangis, Andre tidak tinggal diam. Dia melangkah mendekati Reza dan memukul Reza sekeras mungkin.
“Itu, untuk Lo yang bikin Elma nangis!”. Seru Andre setelah memukul Reza.
“Heh, Siapa lo yang ngatur-ngatur gue Hah?”.
“Reza Stop!”. Jerit Elma sehingga Reza dan Andre berhenri adu mulut.“Gue bukan pacar Lo! Gue benci sama Lo! Gue nggak pernah cinta sama Lo semenjak lo Nampar gue dulu! Mulai sekarang kita putus! Gue nggak mau berhubungan sama lo! gue cinta sama Andre! Mulai sekarang, lo pergi dari dari kehidupan gue!”. Lanjut Elma
“Lo dengerkan? Pergi lo!”. Seru Andre mendorong Reza.
Reza yang awalnya sangat tidak terima dan ingin membalas semua perkataan Andre dan Elmapun,  kemudian berlalu pergi meninggalkan Elma dengan membawa kekecewaan yang amat besar. Setelah Reza pergi, Andre langsung mendekati Elma dan menghapus airmata Elma yang masih menghiasi pipi Elma. Andrepun tersenyum ketika Elma mentapnya penuh Arti.

Will you be my girlfriend and be the last part of my heart?”. Tanya Andre lagi.
Yes, I want to”. Jawab Elma kemudian tersenyum manis kepada Andre yang kini berstatus sebagai kekasihnya.

          Dalam keheningan malam kota Bandung yang dingin, Andre dan Elma berpelukan, saling memberi kehangatan dalam dingin yang menusuk tulang. Dengan lilin-lilin yang bergelantungan diantara pepohonan dan kunang-kunang yang mulai bermunculan membuat suasana menjadi lebih romantis bagi Elma dan Andre.
          Danau ini yang tadinya adalah sebuah saksi bisu dari awal kisah cinta Elma dan Reza, kini menjadi saksi bisu dari semua kisah cinta yang akan segera dirajut oleh Elma dan Andre dengan lembaran baru yang mereka tahu bahwa lembaran itu akan berakhir dengan perpisahan yang disebabkan oleh takdir tuhan, bukan penghianatan.

1 komentar:

Posting Komentar

Daftar Pengunjung

Translate

About Me

Foto Saya
Elma (Fachriyah Al Mahi)
Assalamu'alaikum Wr. Wb Aku Elma. Aku sekolah di MANSDA. Sekarang aku kelas X. TTL: Sda, 15 Mei 1997.
Lihat profil lengkapku