Kutemukan Lagi Cintaku
Malam yang indah bagi para sejoli. Sebut saja malam ini
malam minggu, malam terindah dimana para sejoli berpacaran ditempat yang sangat
romantis seperti taman hingga kapal pesiarpun bisa. Namun tidak untuk gadis
ini. Gadis manis ini sebut saja dia Fachria Elma Putri Kirana yang sering
dipanggil Elma. Gadis ini hanya dapat duduk terdiam dikeheningan malam, duduk
dengan raut wajah yang penuh dengan kesedihan.
Gadis ini menangis, Elma meneteskan butiran butiran air matanya untuk menangisi kisah cintanya. Kisah cinta yang kandas tanpa alasan yang jelas. Muhammad Reza Anugrah, yah, sebut saja pria ini Reza. Pria yang telah merebut hati dan cinta Elma, Pria yang telah merajut kasih cinta selama 5 tahun bersama Elma sekaligus Pria yang telah tega meninggal kan cinta seorang Elma demi gadis yang bernama Hani yang tak lain adalah sahabat sekaligus saudara angkat Elma yang telah bergabung dengan keluarga besar Elma kurang lebih masih 2 tahun.
Gadis ini menangis, Elma meneteskan butiran butiran air matanya untuk menangisi kisah cintanya. Kisah cinta yang kandas tanpa alasan yang jelas. Muhammad Reza Anugrah, yah, sebut saja pria ini Reza. Pria yang telah merebut hati dan cinta Elma, Pria yang telah merajut kasih cinta selama 5 tahun bersama Elma sekaligus Pria yang telah tega meninggal kan cinta seorang Elma demi gadis yang bernama Hani yang tak lain adalah sahabat sekaligus saudara angkat Elma yang telah bergabung dengan keluarga besar Elma kurang lebih masih 2 tahun.
Elma tak mengerti apa kesalahannya kepada Reza hingga dia
tega meninggalkannya demi Adik angkatnya itu. Sesakpun selalu dirasakan Elma
ketika melihat Reza, mantannya, berjalan menggandeng mesra tangan Hani seperti
Reza menggandengnya dulu. Elma tak habis pikir, Hani yang telah dia anggap
sebagai adik Kandung yang selalu dia impikan ternyata hanyalah sebuah mimpi
buruk yang tak akan pernah dia pukiri,bagai mimpi buruk yang paling buruk
hingga Elma tak mampu untuk Bangun dan bernafas lega dengan Cinta yang mesih
menjadi miliknya.
Tega memang, Hani dan Reza sama saja. Reza tak memikirkan
bagaimana perasaan Elma. 5 tahun bersama merajut cinta yang telah membuat hati
Elma yang awalnya Beku tanpa Cinta kini telah Luluh dihadapannya. Reza memang
seorang Pria pertama yang telah menaklukan hati gadis manis ini. Cinta sekaligus
pacar pertama milik Elma. Reza yang awalnya mati-matian merebut cinta Elma,
kini dengan mudahnya dia menghancurkan hati yang telah dia taklukan itu.
Hanipun demikian, bagai Kacang Lupa Kulitnya, Hani merebut semua milik Elma. Elma telah merelakan kasih
sayang orang tuanya terbagi. Bagi Elma, itu biasa. Tapi Cinta? Tak mungkin Elma
rela melepaskan cintanya. Elma kecawa, sangat kecewa kepada Hani yang telah
merebut Reza darinya.
“Hks, Makasih ya, Han atas kekejaman Lo”.
Gumannya.
“Hks, Gue kecewa sama Lo, Za!”. Lanjutnya.
Elma
masih menangis, dia mengingat kejadian kelam yang dia
alami. Bukan ingatan karena kecelakaan mobil yang pernah dia
alami. Namun ingatan dimana Reza meninggalkannya demi Hani.
Malam
itu, tepat tanggal 16 Desember 2004, secara terang-terangan Hani memeluk Reza
didepan Elma pada saat mereka sedang berkumpul dirumah Elma yang kebetulang
sedang sepi karena orang tua mereka sedang ada bisnis di Surabaya. Dada Elma
sesak, dia
tak dapat melontarkan satu kata-pun dari mulutnya. Yang dia
bisa hanyalah meneteskan air mata yang sedari tadi mengantri di pelupuk mata
untuk keluar damn membasuh pipinya.
“Hks..”.
Tangis Elma yang terdengar oleh Reza dan Hani sehingga mereka melepas pelukan
mereka.
“Han...
Za... k.. kenapa ka.. kalian pelukan?”. Tanya Elma dengan bibir yang bergetar.
“Kak
Elma?”. Panggil Hani pura-pura tak sadar jika Elma memperhatikan dia dan Reza.
“Hks,
Ada apa ini? K.. kenapa kalian ... pelukan?”.
“Emang
kenapa? Salah, ya, kalo gue meluk pacar gue?”. Tanya Hani tanpa perasaan.
DEG...
Jantung
Elma seakan terhenti mendengan ucapan sang adik angkat. Dada Elma makin sesak. Dia hampir
tak bisa merasakan oksigen yang ia hirup. Bibirnya bergetar seakan tak sanggup
untuk melontarkan kata-kata kepada Adik dan Kekasihnya itu.
“Za...
A.. apa maksudnya?”. Tanya Elma yang berharap semua yang dikatakan Hani adalah
Bohong. Kebohongan yang Hani berikan kepada Elma sebagai kejutan untuk hari
Ulang tahun Elma yang ke 21.
“Maksudnya?
Menurut, Lo?”. Tanya Reza kembali denagn kosa kata ‘Lo-Gue’.
“Jadi...”.
“Iya,
Kak! Gue sama Reza udah jadian. Sebulan yang lalu!”. Jelas Hani dengan wajah
tanpa dosa.
“Za...”.
ucap Elma yang mencoba memanggil Reza. Rezapun mendekatinya, dia
memegang kedua bahu Elma dan mencoba menatap lekat wajah manis Elma.
“Sory,
El. Ini yang terbaik!”. Ucap Reza.
“Terbaik?
Apanya yang terbaik? Aku sakit, Za! Kenapa kamu pacaran sama Hani? Dia adek
aku!”. Seru Elma dalam tangis yang masih menyertainya. “Kenapa kamu lakuin ini,
Za?”. Lanjutnya.
“Maaf,
El. Gue.. gue udah nggak cinta sama, Lo”. Ucap Reza terus terang.
DEG..
Udah
nggak Cinta? Semudah itukah Reza mengucapkan kata-kata pahit itu kepada Elma
yang sangat mencintainya? Hati Elma sakit, ia tak dapat merangkai kata-kata
lagi. Dia
hanya diam, terpaku meresapi kata-kata Reza yang begitu pahitnya bagi seorang
wanita. Elma mencoba menarik nafas dan menenangkan kondisinya walau itu sangat
sulit karena dadanya memang sangat sesak mendengar kata-kata Reza.
“Nggak,
Cinta? Hks, Tapi kenapa? Hks, apa alasannya? Hks, apa salahku?”. Tanya Elma
bertubi-tubi saat setelah ia mulai bisa menenangkan hatinya namun air mata
masih menyertainya.
“Udah
lah, kak! Reza udah nggak Cinta sama kakak! Relain aja lah!”. Seru Hani tanpa
Perasaan kemudian mendorong Elma hingga terrsungkur dilantai dengan kepala yang
membentur meja hingga keluarlah sedikit darah segar dari kepala bagian kanan
Elma.
“Hks,
lo tega banget sih, Han, sama gue! Hks, gue kakak lo!”. Seru Elma yang menoba
berdiri.
“Bukannya
gue tega, tapi Reza yang minta!”.
“Sory
El...”. ucap Reza yang mencoba menyentuh pipi Elma.
Namun...
PLAKK...
Elma menampar keras pipi Reza.
“Lo
tega, Za, sama Gue! 5 tahun gue mempertahanin hubungan kita. Tapi kenapa?
Kenapa sekarang lo pacaran sama Hani? Kenapa, Za? Kenapa? Karena udah nggak
cinta sama gue? Iya? Itu bukan alasan yang jelas! Kasih gue alasan yang jelas,
Za!”. Seru Elma.
“Kak,
apaan sih lo!”. Seru Hani.
“Diem,
Lo!”. Bentak Elma.
PLAKK...
Dengan
teganya Reza menampar pipi Elma dengan sangat keras hingga memerah. Butiran air
mata Elma yang menetespun kini semakin deras. Tak pernah ada dipikiran Elma
bahwa Reza akan menamparnya sekeras itu. Padahal dulu sebelum Elma menerima
Reza, Reza pernah berjanji untuk tidak akan pernah berbuat kasar kepadanya.
Namun ternyata dugaan Elma salah. Dengan tegnya Reza menampar pipinya dengan
sekeras itu. Bahkan lebih keras dari tamparannya tadi.
“Jangan
pernah, lo ngebentak Pacar gue! Gue nggak suka!”. Seru Reza kasar dengan
kata-kata yang sama persis seperti yang pernah ia katakan kepada cewek yang
pernah membentak Elma Dulu.
“Lo
tenang aja! Gue,
gak akan pernah ganggu lo, sama dia!”. Ucap Elma kemudian melangkah pergi dari
dapur menuju kamarnya yang berada di Lantai dua rumahnya.
Semua
yang pernah Elma ucapkan, tak pernah sekalipun dia
ingkari. Sejak kejadian itu, Elma benar-benar menjauh dari kehidupan Hani dan
Reza. Elma tak pernah sedikitpun berbicara dengan Hani ketika sedang berada di Rumah
walau itu ada orang tua mereka. Orang tua Elma hanya dapat menatap heran
prilaku anak kandung satu-satunya itu yang sangat berbeda kepada Hani, adik
yang pernah
dia idam-idamkan selama 21 tahun.
Hari
demi hari terlewati, tak terasa sudah hampir 3 bulan Elma tidak menjalin
komunikasi dengan Hani maupun Reza. Di rumahpun sama, ketika Hani mengajak Elma
berbicara dan bersikap manis kepadanya, Elma tidak pernah memperdulikannya
sedikitpun. Bahkan jika Elma disapa oleh Reza yang sedang jalan dengan Hani,
Elma hanya bersikap acuh, seperti tak pernah mengenal mereka berdua didalam
hidupnya.
Langit
sore yang cerah kini menemani gadis manis ini yang sedang duduk di taman
kampusnya. Gadis manis ini yang tak lain adalah Elma sedang menikmati alunan
musik yang ia dengarkan dari Headphone miliknya. Namun terlihat jelas
bahwa ada satu yang mngganjal di pikirannya, entah itu apa. Tak terasa jam kini
telah menunjukkan angka 4. Berarti Elma telah lama duduk termenung menikmati
alunan musik miliknya.
“Udah
sore, lo nggak pulang?”. Tanya seorang cowok yang tiba-tiba duduk disebelah
Elma.
Elma
yang menyadarinyapun hanya tersenyum kemudian menatap cowok yang kini sedang
duduk disampingnya itu.
“Emang
kenapa? Lo sendiri juga belom pulangkan, Ndre?”. Tanya Elma balik kepada cowok
yang dia
panggil ‘Ndre’ namun lebih tepatnya, Andre. Cowok yang baru sebulan dia
kenal karena Andre adalah mahasiswa baru di Kampusnya namun dengan semudah itu
mereka sudah akrab. Bahkan Elma pernah mengajak Andre ke Rumahnya, begitupun sebaliknya.
“Hehehe...
Gue mau ngajak lo bareng. Lo nggak bawa mobilkan?”.
“Gue...
gue nggak bawa kok. Tadi gue dianterin Papa”.
“Sama
Hani?”.
“Nggak
usah dibahas!”.
“Ups,
maaf! Kalo gitu pulang bareng yuk! Tapi gue bawa motor. Nggak pa-pakan?”.
“Haha..
lo kayak nggak kenal gua ajah. Yah emang kenapa kalo naik motor? Seru kali!”.
“Hehehe..
kalo gitu, yuk pulang!”.
“Yuuuk!”.
Seperti
biasanya, Elma dan Andre pulang bersama. Mungkin saking dekatnya mereka,
sehingga banyak sepasang mata yang menganggap mereka sebagai sepasang kekasih.
Namun mereka salah. Elma dan Andre hanyalah sebatas Sahabat Baru.
Mungkinkah hanya itu? Entahlah!.
Waktu seiring
berlalu, hidup Elma yang redup kini telah bersinar kembali dengan adanya Andre,
seorang pria yang menemaninya dalam suka maupun duka. Elma seperti telah
menemukan seseorang yang pernah meninggalkannya. Hati Elma tak lagi sepi.
Walaupun Andre hanya sebatas sahabatnya, namun Elma merasa perhatian Andre itu
lebih dari Sahabat. Namun walu begitu Elma tidak memikirkan itu lebih lanjut.
Dia tidak mau berharap lebih dari Andre, sahabatnya yang telah 7 bulan lebih
bersama dengannya. Elma takut akan terulang lagi kisah pahit yang pernah diukir
Reza dengan teganya.
Pagi yang cerah
secerah wajah Elma yang kini sedang menunggu orang yang setiap hari jalan
dengannya . siapa lagi kalau bukan Andre. Tak butuh waktu lama Andrepun datang
dengan motor ninja putihnya dan juga senyuman yang mengembang untuk Elma yang
telah menunggunya tak sampai 15 menit itu.
“Pagi!”.
Sapanya.”maaf ya, gue telat”. Lanjutnya.
“Aah, nggak
pa-pa kok! Cuma 13 menit!”. Jawab Elma lembut.
“Yaudah kalo
gitu kita berangkat aja yuk!”.
Elmapun
langsung naik keatas motor Andre dan dengan segera Andrepun melajukan motornya
ke Gedung kampus UNIKOM Bandung yang
jaraknya lumayan jauh itu. Angin sepoy-sepoy yang berhembus lumayan kencang
karena cepatnya laju motor Andre membuat rambut panjang nan lurus milik Elma
terkibas dengan indahnya. Tanpa disadari, Elma telah memeluk Andre. Namun hal
itu telah disadari oleh Andre. Terlihat sebuah senyuman yang mengembang diwajah
cowok manis berwajah oriental itu.
“Gue seneng lo
meluk gue kaya gini, El. Andai lo tau kalo gue sayang sama lo lebih dari
sahabat”. Batin Andre dengan tangan kirinya yang memegang tangan Elma yang
melingkar diperutnya itu.
Setengah jam
pun berlalu, kini Elma dan Andre telah sampai di gedung kampusnya tempat mereka
menimba ilmu sebagai mahasiswa. Andre dan Elmapun berjalan menyusuri lorong
kampus dengn bergandengan tangan dan juga canda tawa yang membuat siapapun yang
melihatnya pasti cemburu. Terkadang Andre mengacak-acak poni Elma yang telah
tersusun rapi sehingga membuat Elma cemberut dan terkadang pula terlihat Elma
yang mencupbit kedia pipi Andre yang sama sekali tidak chubby itu. Mereka tak
henti-hentinya bercanda walau mereka telah berada didalam kelas.
“Ndre, udah!”.
Pinta Elma.
“Kenapa, El?
Manis tau!”. Ucap Andre.
“Manis-manis,
adanya juga jelek, Andre!”.
“Haha ...
Biarin !”.
“Ish! Sebel
banget gue sama lo!”.
“Ih, jangan
ngambek dong El, tambah jelek tau!”. Serunya yang membuat Elma makin sebel.
“Ish, sebel
sebel sebel gue sama lo!”. Seru Elma memukul dada Andre.
“Eh, eh, eh,
sakit El! Ampuuun!”.
“Biar tau rasa,
lo!”.
“iya,
ampuuuun!”.
“Ehkm..”. Suara
seseorang yang mengagetkan Elma dan Andre.
“Eh, ada Reza.
Ada apa, Za?”. Tanya Andre kepada Reza yang tiba-tiba datang itu sedangkan Elma
hanya membuang muka.
Reza tidak
menjawab pertanyaan Andre, tapi dia malah langsung menggandeng tangan Elma
kemudian membawa Elma pergi bersamanya meninggalkan Andre di kelas seorang
diri. Tapi Andre tak tinggal diam, dia mengikuti Reza yang membawa Emla pergi.
Reza terus saja
menariktangan Elma. Padahal, Elma sudah bilang ‘Lepaskan’ berkali-kali namun
tak pernah dia perdulikan hingga akhirnya Reza melepaskannya tepat saat mereka
telah sampai di taman belakang gedung kampus UNIKOM. Walaupun tempatnya
dibelakang gedung, namun taman itu sangat sejuk tapi sepi karena jarang
didatangi Mahasiswa karena jauh dari kelas maupun kantin.
“Eh, lo apaan
sih ngajak gue kesini? Nggak penting tau nggak!”. Seru Elma sinis kemudian
mencoba melangkah menjauhi Reza namun dihalangi oleg Reza.
“Woy, lepasin!”.
Bentak Elma.
“Gue bakal
lepasin lo, tapi dengerin Gue!”.
“Nggak ada yang
perlu gue dengerin dari lo!”.
“Ada! Pliss... dengerin gue dulu, El!”.
“Lo masih inget
nama gue? Waw banget!”.
“Itu nggak
penting. Sekarang gue mohon lo dengerin gue!”.
“Hmm... okey
fine, gue dengerin lo! Cepet ngomong!”.
“Okey, gue mau
tanya sama lo, kenapa lo cuek banget sama gue? Bahkan nyapa gue aja enggak”.
Elmapun hanya
diam mendengarkan pertanyaan Reza dengan tatapan acuh kepadanya. Tak ada
senyuman manis yang biasanya terukir indah untuk Orang-orang yang menatapnya,
tak ada sedikitpun.
“Kenapa,El?”.
Tanyanya lagi.”El, jawab!”. Lanjutnya dengan menarik tangan Elma agak kasar.
“Auh, sakit!”.
Rintih Elma.
“Makanya
jawab!”.
“Buat apa gue
jawab? Kan lo mintanya gue dengerin lokan, bukan jawab pertanyaan lo yang nggak
penting itu”.
“Tapi itu
penting buat Gue!”.
“Udahlah,
lupain aja!”. Seru Elma yang mulai melangkahkan kakinya lagi namun lagi-lagi
dihalangi oleh Reza.
“El, pliss Jawab!”. Bentak Reza yang menarik
kasar lengan Elma.
BUGG... Satu
tinjuan yang cukup keraspun mendarat di pipi Reza hingga membuat Reza
mengeluarkan sedikit darah segar disudut bibirnya dan juga membuat Reza jatuh
tersungkur. Rezapun melihat kearah orang yang telah meninjunya. Dilihatnya
seorang Andre yang berditi tegap dihadapannya dengan tangan mengepal yang sudah
siap untuk meninju Reza untuk kesekian kalinya.
“Jangan pernah,
lo kasar sama Elma!”. Seru Andre sinis kepada Reza kemudian menggandeng Elma
lambut dan membawa Elma pergi dari hadapan Reza yang sangat dia benci.
“Aaargh,
sial!”. Umpat Reza yang memegangi sudut bibirnya.
“Lo nggak
pa-pa?”. Tanya Andre lembut kepada Elma
saat mereka telah sampai dikelas.
“Nggak pa-pa
kok, Ndre. Cuma dikit sakit aja disini”. Jawab Elma yang menunjukkan lengannya
yang memerah akibat genggeman Reza yang cukup kasar itu.
“Ya ampun, Reza
keterlaluan banget. Untung tadi gue ngikutin kalian, kalo nggak bisa gawat!”.
“Thanks ya, Ndre. Mungkin kalo tadi nggak
ada lo, tuh cowok bakalan lebih kasar sama gue”.
“Iya, El.
Sama-sama”.
Elma dan Andre
saling bertatapan dan juga saling melempar senyum. Tak ada kata-kata lain yang
keluar dari mulut mereka. Hanya senyuman yang terlihan dari wajah oriental
mereka yang manis. Tatapan teduh yang Elma pancarkan membuat Andre diam
terpaku. Senyuman Elmapun membuat Andre merasa tenang dekat dengannya. Selama
bersama Elma, Andre selalu merasakan ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.
Andre sadar, dia tak hanya sayang kepada Elma, namun dia juga mulai Mencintai
Elma. Namun bagaimana dengan Elma? Ternyata dia juga merasakan hal yang sama.
Setiap dia berada disisi Andre, Elma nampak tenang dan bahagia. Elmapun mulai
mencintai Andre juga, namun tak pernah dia utarakan.
Haripun mulai
siang. Elma dan Andre kini telah keluar dari ruang kelas karena pembelajaran
untuk hari ini memang telah usai. Seperti biasanya, tak pernah terlewat
sedikitpun candaan dari Elma dan Andre tiap berjalan menyusuri koridor kampus.
Dan seperti biasanya, banyak sepasang mata yang iri kepada mereka.
“El, Ndre, kalian pacaran ya?”. Tanya Septi, salah satu teman
Elma dari SMP yang sedang berditi di dekat pilar.
“Ha? Enggak
kok. Apa banget sih Lo Sep!”. Jawab Elma.
“Alah... Kalo
Iya, ngaku aja kali, hehehe”. Goda Vivi yang sedang berdiri bersama Septi.
“Ih, enggak! Tanya
aja sama Andrenya. Yakan Ndre, kita nggak pacaran!”.
“Masa sih? Ah,
nggak percaya”. Seru Ria yang
ikut-ikutan menggoda Elma.
“Ih, seterah
kalian!”. Ambek Elma.
“Eh, jangan
gitu dong kasian Elmanya”. Bela Andre.
“Ciyeeee
dibelain!”. Sorak mereke bertiga.
“Haha.. udah
ah, kasian Elmanya. Maaf ya, El! Kita Cuma bercanda tapi sengaja!”. Seru Vivi
dengan tawa yang menyertainya.
“Haha... iya,
El. Maap ya!”.
“Iya-iya, gue
juga tau kok kalo kalian Cuma bercanda tapi sengaja! Eh, iya. Kami dulian ya, buru-buru!
Dadaaaah!”. Pamit Elma kemudian melangkah menjauh dari ke3 teman dekatnya itu
atau yang paling tepat disebut ke3 sahabatnya itu dengan Andre yang mengikuti
langkahnya.
“Tega banget
sih lo Han sama Gue!”. Seru seorang cowok dengan panuh amarah kepada cewek yang
dia panggil ‘Han’ itu yang lebih tepatnya adalah Hani, siapa lagi kalo bukan
Reza.
Reza sangat
marah kepada Hani, kekasihnya ini yangtelah menduakannya dengn seorang cowok
yang sama sekali tak dikenali Reza. Kini mereka sedang ada di Taman kota.
Mereka bertengkar di kesunyian malam. Suara ribut yang berasal dari mulut
mereka seakan memecah keheningan malam di Bandung yang damai.
“Gue capek, Za!
Gue capek pacaran sama lo!”. Seru Hani yang tengah beradu mulut dengan Reza.
“Capek? Capek kenapa?
Seharusnya gue yang bilang kayak gitu! Gue udah sering bayarin belanjaan lo
yang harganya sampe jutaan itu. Kurang apa sih gue?”.
“Kekurang lo
tuh banyak! Salah satunya adalah, lo kurang kaya dari Ilham!”.
“Jadi selama
ini, lo pacaran sama gue karena Harta gue?”.
“Iya, emang
kenapa? Dan asal lo tau ya, gue tuh nggak pernah cinta sama lo! Nggak pernah!”.
PLAKK... Sebuah
tamparan yang cukup keras mendarat mulus dipipi putih Hani yang lembut karena
setiap harinya dia beri pelembab namun kiniberubah menjadi merah karena sebuah
tamparan dari tangan Reza.
“Reza, sakit!”.
Rintih Hani dengan air mata yang mulai menetes namun tak berarti lagi bagi
Reza.
“Itu, balasan
buat lo! Dasar cewek Matre!”. Bentak
Reza hingga membuat Hani sedikit ketakutan.
“Lo kasar,
Za!”.
“Emang kenapa?
Baru tau lo?”.
“Gue benci lo!
Mulai sekarang kita putus!”.
“Okey, gue
terima! Pergi lo dari hadapan gue!”.
Hanipun
langsung berdiri kamudian berlari meninggaklan Reza sendirian dengan mata
sembab akibat air matanya yang tak berarti apapun bagi Reza. Kini hanya tinggal
Reza yang duduh termenung di bangku taman. Dia menundukkan kepalanya dan
mengingat semua kesalahan yang dia lakukan. Bukan kesalahan yang dia lakukan
kepada Hani, melainkan kesalahan dia kepada Elma.
Rezapun hanya
dapat menyesali perbuatannya yang membuat dia sendiri menderita. Dia menyadari
betaba bodohnya dia karena telah meninggalkan Elma dan Cinta kasih Elma yang
tulus demi seorang Hani dan semua cinta kasih palsunya. Betapa bodohnya dia
menyia-nyiakan cinta yang dulu sangat sulit dia dapatkan. Dia mulai mamutar
otaknya, mengigat kembali masa-masa disaat dia menembak Elma 6 tahun yang lalu
dimana dia berlutut dikaki Elma berkali-kali karena Elma tak sedikitpun membuka
hatinya untuk Reza hingga akhirnya untuk pertama kalinya Elma bilang ‘Ya, Aku menerimamu menjadi Pacarku’
setelah untuk sekian kalinya Reza mengucapkan ‘Aku sayang kamu, aku cinta kamu, maukah kamu menjadi pacarku?’didepan
umum. Betapa bodohnya Reza yang telah menyia-nyiakan Elma yang tak pernah
berhenti mencintainya dan selalu mempertahankan cintanya selama 5 tahun itu,
namun seketika kandas hanya karena seorang cewek bernama Hani.
Reza menangis,
diamenangis mengingat semua ingatan manisnya bersama Elma yang telah dia
hancurkan sendiri. Reza menyesali semua perbuatannya yang salah selama ini.
Namun harus bagaimana lagi? Nasi telah berubah menjadi Bubur. Elmapun sudah
terlanjur membencinya, sangat membencinya hingga kini dia telah melabuhkan
hatinya kepada Andre.
“El, maafin
aku...”. Lirihnya.
“Kita belum putus,
El. Belum...”.
“Aku ingin kita
kaya dulu lagi...”.
Mentaripun kini
telah menyinari bumi Bandung yang sejuk. Terlihat Elma sedang lari pagi seperti
hal yang selalu dia lakukan tiap hari Minggu. Elma yang biasanya lari pagi
bersama Hani karena terpaksa, kini dia hanya lari pagi sendirian karena hani
tidak mau keluar kamar sejak tadi malam dan itupun tidak berpengaruh bagi Elma
yang memang tidak peduli sama sekali denan keadaan Hani. Bahkan mungkin, Elma
ingin Hani pergi dari kehidupannya secepat mungkin.
Elma menyusuri
jalan yang ada di kompleks perumahan tempat dia tinggal. Mungkin karena lelah,
Elmapun berhenti disebuah bangku yang ada di taman.
“Huh... capek”.
Eluhnya.
“Nih air buat
kamu!”. Seru seorang cowok yang memberikan sebotol pocarisweat kepada Elma dari belakang.
Elmapun
menerimanya kemudian menoleh kebelakang dan melihat orang yang memberikan Pocarisweat itu. Elma yang tadinya ingin
tersenyum dan bilang ‘makasih’namun
kini dia urungkan karena ternyata Reza lah yang memberinya sebotol pocarisweat itu. Elmapun meletakkan Pocarisweat itu di bangku dengan artian ‘tak butuh’kemudian bangkit dari
duduknya dan mencoba melangkahkan kakinya dengan tujuan melanjutkan lari
paginya namun ditahan oleh Reza.
“Eh, tunggu!
Kenapa nggak diminum dulu?”. Tahan Reza yang menarik tangan Elma namun kini
dengan cara yang lembut.
“Lepasin!”.
“Nggak akan.
Minum dulu Pocarisweatnya baru
dilanjutin lari paginya. Aku tau kamu lagi haus”. ucapnya perhatian hingga
membuat Elma bingung karena sikap Rezayang
berubah seperti saat mereka masih pacaran dulu.
“Nih orang
kenapa sih?”. Batin Elma.
“Ayo, diminum”.
“Nggak mau!
Jangan paksa gue dong, gue nggak suka ya kalo dipaksa-paksa. Apalagi dipaksa
sama orang kaya lo!”.
“Okey, aku
minta maaf karena maksa kamu. Tapi kamu bisa nggak, nggak make kata ‘Lo-Gue’
sama aku?”.
“Mau lo apaan
sih?’.
“Aku nggak mau
apa-apa kok. Cuma mau kamu nggak pake kata ‘Lo-Gue’ sama aku. Itu aja”.
Elma tak
memperdulikan semua kata kata Reza dia malah mulai melepas genggaman Reza
kemudian mencoba pergi meninggalkan Reza namun lagi-lagi ditahan oleh Reza.
“Jangan pergi,
tanpa aku”. Ucap Reza.
“Maksud lo?”.
“Kamu pacar
aku, jadi jangan pergi tanpa aku”.
“Lo sakit ya?
Omongan lo ngaco!”.
“Aku serius,
El. Kamu pacar aku!”.
“Woy, sadar!
Kita udah nggak ada hubungan apapun! Kita udah Putus, setahun yang lalu!”.
Tegas Elma.
“Enggak. Kita
belum putus. Aku nggak pernah ngucapin kata ‘Putus’ke
kamu, Elma. Kamu juga nggak pernah bilang ‘putus’
ke aku”.
“Ha?”. Pekik
Elma yang benar-benar kaget dengan penjelasan Reza.
“Ioya, El. Kita
belum putus”.
Elma terdiam.
Dia mencoba mengingat semua yang dulu terjadi antara dia, Reza dan Hani.
Pertengkaran pada malam tanggal 16 Desember
2004 lalu. Dia mulai mengingat ingatan yang baginya adalah mimpi buruk
abadinya itudan akhirnya dia ingat. Dia ingat dimana dia tidak pernah
mengatakan kata ‘Putus’ kepada Reza,
begitupula sebalinya.
DEG...
Jantungnya berdegub kencang. Elma tak percaya bahwa masih berstatus PACARAN
dengan Reza selama satu tahun terahir ini. Padahal saat ini hatinya telah
dimiliki oleh seorang cowok berdarah sunda-jawa yang tak lain adalah Andrenata
Dwi Lingga, atau yang kerap disapa Andre.
“Kita...
Belum... Putus?”. Tanya Elma terbatah karena masih tidak percaya dengan semua
ini.
“Hh, iya, El.
Kita belum putus! Kita masih pacarn”. Ucap Reza yang kini memeluk Elma.
“Jadi, ini yang
selalu mengganjal hati gue? Ternyata gue belum putus sama Reza. Ya Tuhan...”.
Batin Elma.
“Aku janji,
nggak akan sia-siain kamu lagi. Aku janji bakal cinta sama kamu selamanya. Aku janji
elma, aku janji!”. Ucap Reza yang memeluk Elma kemudian mengecup lembut kening
Elma. Sedangkan Elma masih tak percaya semua ini.
Mentaripun
kinimenyembunyikan sinarnya. Bumi Bandungpun kini menjadi gelap dan semakin
dingin. Malam yang sungguh indah, baribu ribu bintang menghiasi langit malam
kota Bandung yang gelap. Namun sayang, malam ini bukanlah makam yang indah bagi
Elma yang kini sedang duduk di balkon kamarnya. Elma menangis, dia menangis.
Dia tidak tau apa yang akan dia ucapkan kepada Andre jika tau bahwa Elma masih
pacaran sengan Reza.
Tetesan air
mata Elma tak henti-hentinya menetes. Apalagi saat ada nama ‘Andreanata’ dilayar Blackberry putihnya. Andre menelpolnya.
Andre menelpon Elma sudah lebih 27 kali namun tak pernah diangkat oleh Elma
hingga akhirnya Andre mengirim Pesan singkat kepada Elma. Dan kini Elmapun
membuka dan Membacanya. “Lo dimana, El?
Kenapa gak angat Telpon gue? Udah, itu nggak penting. Yang penting sekatang, Lo
bisa nggak malam ini jalan sama gue? Adayang ingingue omongin. Penting”.
Itulah pesan singkat yang dibaca Elma.
“Maaf, Ndre.
Aku nggak Bisa”. Guman Elma.
Drttt...
drtt... Blackberry putih Elma
bergetar pertanda ada telpon masuk. ‘Rezanugrah’.
ya, Rezalah yang menelpon Elma. Dengan malasnya, Elma mengangkat telpon Reza.
“Halo”. Sapa
Elma.
“Hai sayang,
jalan yuk! Aku udah kangen jalan sama kamu. Aku udah di depan rumah kamu loh!”.
Ucap Reza panjang lebar.
“Oh. Yaudah,
gue keluar”. Ucap Elma singkat kemudian langsung mematikan telponnya.
Elma
mengambil sweater putih miliknya kemudian memakainya untuk menutupu kaos Peace kining yang dia pakai dan langsung keluar
menemui Reza tanpa memperdulikab Hani yang sedang menangis entah kenapa.
Mungkin habis diputusin, itulah yang dipikirkan Elma.
Elma yang hanya memakai jeans dan Kaos Peace
kuning dengan balutan Sweater putih dan juga sepatu sneakers
putih, membuat Elma nampak Tomboy dan Simlpe seperti biasanya.
Elma keluar dari rumahnya dan melangkah menemui Reza yang telah menunggunya
didalam mobil. Elmapun langsung masuk kedalam mobil Reza.
“Malam! Ciye, yang dari dulu Tomboy”. Sapa
Reza.
“Makasih”. Jawab Elma singkat.
“Udah siap?”
Elmapun hanya
mengangguk dan kemudian Reza pun melajukan Mobilnya ke sebuah danau yang ada
dipuncak. Danau yang Indah, saksi bisu dimana Reza untuk pertama kalinya
merebut First kiss Elma dulu.
“Suasananya
tetap sama ya”. Ucap Reza setelah mereka sampai di Danau itu.
“Iya”. Jawab
Elma singkat.
“Inget gak, ini
tuh tempat dimana...”. ucap Reza yang menggantung.
“Za, gue
kedinginan. Buatin api unggun dong!”. Seru Elma sengaja membuat Reza tak
melanjutkan kata-katanya.
Tanpa Aba-aba
lagi, Rezapun langsung mencari Beberapa kayu di hutan untuk membuat api unggun
seperti yang sering dia lakukan untuk menghangatkan Elma dulu. Sedangkan Elma
menusuri jalan setapak untuk menjauh dari mobil Reza.
Tak jauh dia
melangka, Elma melihat beberapa lilin yang bersinar di antara pepohonan.
Lilin-lilin itu bergelantungan dengan indahnya. Elma juga melihat seorang Cowok
yang kelihatannya gelisah, gelisah menunggu kekasihnya. Elma mulai menebak,
Lilin-lilin ini digelantungkan agar suasana lebih romantis untuk pasangan
sepasang kekasih. Elmapun mulai mendekati Cowok itu kemudian memegang bahunya.
Cowok itupun menoleh.
“Andre?”. Pekik
Elma.
“Elma? Kok lo
ada disini?”. Tanya cowok itu yang ternyata adalah Andre. “Eh, itu nggak
penting. Yang penting sekarang gue mau ngomong sesuati sama lo”. Lanjutnya.
“M..mau ngomong
apa?”.Tanya Elma yang gugup.
Andre tidak
menjawab dia malah tersenyum kemudian berlutut dihadapan Elma dengan Sekuntum
bunga mawar Putih segar yang dia persmbahkan untuk Elma.
“El, Gue suka
sama lo. Gue sayang sama lo. Gue cinta sama lo. El, I love you so much, you and only you are always on my mind. will you
fill my heart, as my first and last girlfriend?”. Ucap Andre to the point kepada Elma, mengutarakan
isi hatinya yang selama ini terhalangi karena takut akan merusak persahabatan
mereka.
“A..aku.. aku
me..”. ucap Elma yang terpotong.
“Elma nggak
akan pernah jadi milik lo! Dia milik gue. Dia pacar Gue!”. Sahut Reza yang
tiba-tiba datang.
“Reza?”. Pekik
Elma.
“El, apa itu...
benar?”. Tanya Andre yang kini derdiri dihadapan Elma.
“Benar kok! Gue
nggak bohong. Ayo El, bilang ke Andre kalo kita masih pacaran selama ini”. Ucap
Reza yang kini merangkul Pundak Elma.
“El, apa ini
semua benar?”. Tanya Andre lagi.
Elmapun hanya
mengangguk pelan.
“Jadi.. selama
ini..”.
“Enggak Ndre,
dengerin aku! Aku..”. Seru Elma.
“Lo bohong sama
Gue! Lo bilang lo udah putus sama Reza! Tapi ternyata.. lo bohong!”. Sahut
Andre sedangkan Reza hanya tersenyum.
“Ndre, dengerin
aku dulu!”. Tahan Elma kepada Andre yang ingin Pergi dengan airmata yang
takhenti menetes.
“Apa lagi sih?
Gue udah kecewa sama Lo!”. Bentak Andre.
“Aku mohon
dengerin aku! AKU SUKA SAMA KAMU. AKU SAYANG SAMA KAMU. AKU CINTA SAMA KAMU
ANDRENATA DWI LINGGA! HANYA KAMU ! ONLY YOU! BUKAN REZA!”.seru Elma yang
membuat Reza dan Andre tercengang.
Andre yang
tadinya berpalingpun kini menatap lekat Elma yang sedang Menangis.
“Kamu...
serius?”. Tanya Andre.
Elmapun hanya
mengangguk pelan. Sedangkan Andre langsung memeluknya.
“Nggak! El,
kamu pacar aku!”. Bentak Reza yang menarik paksa Elma dari pelukan Andre dengan
kasarnya.
“Gue nggak
Cinta sama lo, Za! Gue Benci sama lo!”. Seru Elma.
PLAKK... sebuah
tamparan yang lagi-lagi diterima oleh Elma. Reza menampar Elma untuk ketiga
kalinya. Air mata Elma semakin deras menetes. Melihat gadis yang paling dia
cintai menangis, Andre tidak tinggal diam. Dia melangkah mendekati Reza dan
memukul Reza sekeras mungkin.
“Itu, untuk Lo
yang bikin Elma nangis!”. Seru Andre setelah memukul Reza.
“Heh, Siapa lo
yang ngatur-ngatur gue Hah?”.
“Reza Stop!”.
Jerit Elma sehingga Reza dan Andre berhenri adu mulut.“Gue bukan pacar Lo! Gue
benci sama Lo! Gue nggak pernah cinta sama Lo semenjak lo Nampar gue dulu!
Mulai sekarang kita putus! Gue nggak mau berhubungan
sama lo! gue cinta sama Andre! Mulai sekarang, lo pergi
dari dari kehidupan gue!”. Lanjut Elma
“Lo dengerkan?
Pergi lo!”. Seru Andre mendorong Reza.
Reza yang
awalnya sangat tidak terima dan ingin membalas semua perkataan Andre dan
Elmapun, kemudian berlalu pergi
meninggalkan Elma dengan membawa kekecewaan yang amat besar. Setelah Reza
pergi, Andre langsung mendekati Elma dan menghapus airmata Elma yang
masih menghiasi pipi Elma. Andrepun tersenyum ketika Elma mentapnya penuh
Arti.
“Will you be my
girlfriend and be the last part of my heart?”. Tanya Andre
lagi.
“Yes, I want
to”. Jawab Elma kemudian tersenyum manis kepada Andre
yang kini berstatus sebagai kekasihnya.
Dalam
keheningan malam kota Bandung yang dingin, Andre dan Elma berpelukan, saling
memberi kehangatan dalam dingin yang menusuk tulang. Dengan lilin-lilin yang
bergelantungan diantara pepohonan dan kunang-kunang yang mulai bermunculan
membuat suasana menjadi lebih romantis bagi Elma dan Andre.
Danau
ini yang tadinya adalah sebuah saksi bisu dari awal kisah cinta Elma dan Reza,
kini menjadi saksi bisu dari semua kisah cinta yang akan segera dirajut oleh
Elma dan Andre dengan lembaran baru yang mereka tahu bahwa lembaran itu akan
berakhir dengan perpisahan yang disebabkan oleh takdir tuhan, bukan
penghianatan.
coment donk..